"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mujaadilah: 11).
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megah, menyombongkan diri, berbantah-bantahan, menandingi, dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu.
MAHABESAR Allah yang dengan ilmu-Nya telah membuat jagat raya beserta isinya tercipta. Betapa Ia menciptakan segala yang dikehendakinya itu cukup dengan jadilah; "kun fayakun!"
Sepintar apapun manusia, ia begitu kecil di hadapan Allah. Ilmu yang dimilikinya hanyalah setetes kecil saja dari samudera ilmu yang Allah miliki. Dalam QS. Lukman: 27, Allah SWT berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon dijadikan pena dan laut (dijadikan) tinta, ditambah kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana".
Karena itu, alangkah tidak pantasnya bila seseorang menjadi ujub dan takabur, karena ilmu yang dimilikinya. Mestinya, semakin tinggi ilmu maka semakin bertambah pula rasa takjub dan takutnya kepada Allah.
Seseorang menjadi ujub, riya, dan takabur dengan ilmunya - apalagi bila digunakan untuk membuat kerusakan dan kemudharatan di muka bumi, tiada lain karena ilmu yang dimilikinya itu tidak mengandung hikmah dan manfaat. Maka pantaslah kalau Rasulullah SAW memohon, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat".
LALU seperti apakah ilmu yang bermanfaat itu? Suatu ketika Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Daud, "Wahai Daud, pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat".
"Ya, Allah, apakah ilmu yang bermanfaat itu?" tanya Daud. "Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu. Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku".
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ar-Rabi'i Rasulullah SAW bersabda, "Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan mengajarkannya pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia. Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat".
Sahabat, ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita makin mengenal dan dekat dengan Allah SWT. Ilmu apapun, sekiranya dapat membuat kita semakin dekat dan semakin kagum akan kebesaran-Nya, maka itulah ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bisa menjadi jalan taat kepada Allah akan membuat seseorang menjadi tawadhu dan rendah hati di hadapan orang lain. Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk. Maka semakin bertambah ilmu seseorang, akan semakin bersih pula hatinya dari penyakit tercela. Ia akan terpelihara dari sikap ujub, riya, takabur, dengki, dan memandang rendah orang lain.
Dengan ilmu itu pula, ia akan menjadi jalan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan dan kemanfaatan semua orang. Keberadaannya bagaikan cahaya penerang dalam kegelapan. Menjadi petunjuk bagi orang yang tersesat jalannya. Orang-orang di sekelilingnya akan merasa tenang dan tenteram atas kehadirannya. Allah sendiri telah berjanji dalam Alquran, "_Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mujaadilah: 11).
BAGAIMANA caranya agar kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat tersebut? Hal pertama dan utama adalah keikhlasan ketika mencarinya. Dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali menulis,
"Wahai hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, maka niatkanlah dengan ikhlas karena Allah semata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, 'Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim laki-laki maupun perempuan' (HR. Ibnu Abdul Barr).
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, menyombongkan diri, berbantah-bantahan, menandingi, dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta kekayaan duniawi. Yang demikian itu akan merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Rasulullah yang mulia melarang hal seperti itu dengan sabdanya, 'Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk mendapatkan harta duniawi, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya syurga pada hari kiamat' (HR. Abu Dawud).
Dalam hadis lain beliau bersabda, 'Janganlah kalian menuntut imu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut imu untuk penampilan dalam majelis dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka' (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
'Seorang alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka ia akan ditakuti segalanya. Akan tetapi, jika ia bermaksud untuk menumpuk harta, maka ia akan takut dari segala sesuatu,' demikian sabda Rasulullah SAW dalam riwayat lain (HR. Ad-Dailami)".
SAHABAT. Kita harus menggunakan waktu yang sangat singkat ini untuk mencari ilmu yang bermanfaat bagi agama maupun bagi diri dan lingkungan kita. Sekali lagi, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat menambah ketakwaan dan pengenalan kita pada Allah SWT.
Ilmu yang bisa menambah kemampuan kita untuk melihat cacat serta kekuarangan diri. Ilmu yang dapat mengurangi kegilaan kita pada duniawi, dan menambah kecintaan kita pada kampung akhirat yang kekal. Juga, ilmu yang dapat membuka mata dan hati terhadap semua hal yang bisa merusak amal ibadah kita. Wallahu a'lam bish-showab.
( KH. Abdullah Gymnastiar )